This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Album Photo

Sabtu, 11 Juli 2015

Ciri-ciri kepribadian yang sehat

A.    CIRI-CIRI KEPRIBADIAN YANG SEHAT :




1.     Mampu menilai diri sendiri secara realistis; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangan, baik secara fisik,pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.

2.     Mampu menilai situasi secara realistis; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistis dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sesuatu yang sempurna.

3.     Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis; dapat menilai keberhasilan yang diperoleh dan mereaksinya secara rasional; tidak menjadi sombong, angkuh, atau mengalami superiority complex apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, ia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi tetap bersikap optimis.

4.     Menerima tanggungjawab; mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapi.

5.     Kemandirian; memiliki sikap mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, dan mngembangkan diri, serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.

6.     Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustasi, depresi atau stress secara positif dan konstruktif, tidak destruktif (merusak).

7.     Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan, dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan, dan keterampilan.

8.     Berorientasi keluar (extrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah masalah lingkungannya, bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai, menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, serta tidak membiarkan diri dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain, dan mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya.

9.     Penerimaan sosial; mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianut.

11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).

  
B. CIRI-CIRI KEPRIBADIAN YANG TIDAK SEHAT :

1. Mudah marah (tersinggung).

2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.

3. Sering merasa tertekan (stres atau depresi)

4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebuh muda atau terhadap binatang.

5. Tidak mampu menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum.

6. Kebiasaan berbohong.

7. Hiperaktif.

8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.

9. Senang mengkritik/cemooh orang lain.

10. Sulit tidur.

11. Kurang memiliki rasa tanggungjawab.

12. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat orgamis).

13. Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama.

14. Pesimis dalam menghadapi kehidupan.

15. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.



Sumber : (Prasetyono, Dwi Sunar. 2013. Knowing YourSelf cetakan pertama. Yogyakarta : Saufa)

Mengapa hati ini cenderung ingin menjadi psikiater?


Dari berbagai pertanyaan yang terlontar disudut kehidupanku, inilah untaian pertanyaan favorit yang dibungkus dengan dinamika yang pas dan bahasa nan santun. Kenapa memilih Psikiater? Bukankah terlanjur nyeplung ke Ekonomi? Pertanyaan yang sering banget temen-temen terdekat tanyain, sampai ada yang membantu menjawab gini : ya mungkin aja punya trauma khusus. Ya mungkin aja dia ingin lebih mengenal lingkungan tempatnya berpijak. Ya mungkin aja dia tertarik ilmu sosial dan menerapkannya dalam masyarakat sebagai profesi. Ya mungkin aja passion dia lebih kearah situ. Dan segala macam bentuk jawaban yang mereka awali dengan frasa “YA MUNGKIN AJA”. Pada dasarnya memang bener sih. Ini bukanlah pertanyaan retoris. Mereka membutuhkan jawaban. Analogi lebih tepatnya. Disaat mereka menerka nerka mengenai “Apasih alasanya?”, entah mengapa aku tanya balik ke hati yang paling dalam. “Emang tujuan aku jadi psikiater itu gitu ya?” dan makin menyentuhnya sebuah pertanyaan makin ekstrim pula takaran logisku untuk menjawabnya. 

So? Kamu tau gak cita-cita Presiden Indonesia sebelum mereka sah menjadi penduduk Istana Merdeka itu apa? Atau Spiderman sebelum digigit laba-laba dia ingin jadi apa? Serempak bilang enggak. Iya itu analogi simplenya sih. Kadang cita-cita yang kita impikan, ditulis di kertas dipajang dikamar dipandang setiap malempun belum tentu itu terwujud meski kamu sudah berupaya semaksimal mungkin. Terkadang cita-cita itu hadir seiring waktu dan passion kamu. Sejatinya kemampuan dan bakat tidak hadir dalam satu waktu. Melaikan terfokus jika kamu melakukan aktivitas yang bikin kamu nyaman, enjoy, your style, itulah yang bakal jadiin kamu sebuah cita-cita. Inilah cita-cita yang sesungguhnya. Sesuai apa yang kamu mau bukan karena tuntutan hidup dan bukan karena tuntutan orang tua. Kalau ada yang mengatakan gini : Restu orang tua itu mujarab. Nah aku setuju tuh tapi inget guys kita punya kemampuan dan keterbatasan yang hanya diketahui oleh diri kita sendiri. Setinggi apapun cita cita kamu yang diharapkan orang tuamu, kalau kamu gabisa, gatahan, dan ingin banting kepala karena gakuat, lebih baik beralih deh ke passion kamu. Hidup bukan untuk memaksakan apa yang gabisa kamu lakuin.

Jadi intinya Psikiater adalah passionku. Dan Perbankan Syariah adalah jurusan yang aku pilih karena sebuah tuntutan (antara hidup dan orang tua). Next, alasanku. Gini, kalau temen-teman bilang aku trauma dengan sesuatu, ingin peka terhadap lingkungan, tertarik ilmu sosial, sehingga aku ingin sekali jadi psikiater itu benar adanya. Aku merasakan sesuatu yang berbeda disaat aku menganalisis seseorang yang jiwanya terganggu. Seakan radar otakku gerak-gerak loading gitu deh. Disaat orang lain berlalu lalang aku sempet analisis kepribadian mereka dari atas sampai bawah (antara analisis dan su’udzon beda lho ya). Kurang kerjaan sih kedengarannya. Tapi teman jangan salah, This is my passion. Aku menemukan sesuatu didalamnya. Aku merasakan sensasi berbeda disaat menganalisis suatu objek yang tidak aku temukan disaat membuat neraca lajur, mengkaji dan membaca terkait Perbankkan dan hal hal yang berbau Ekonomi Lainnya. Dan aku mencintai apapun yang aku lakukan meskipun jalurku jelas-jelas bertentangan. Aku hanya ingin berkontribusi serta menolong terhadap sesama manusia sesuai kemampuan yang menjadi bakatku nan kuasah tiap hari dan bukanlah bertopeng ramah dan berpura pura menikmati apa yang aku lakukan.