Gerebek Pasar (Dalam rangka Kampanye Nasional FoSSEI)
Tanggal : Ahad, 24 mei 2015
Waktu : 09.00 - 12.00 WIB
Tempat : Pasar Tradisional Rau Serang Banten
Tema : Syiar dengan gembira dalam Berjuang melawan Riba
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Sahabat Ksei Banten, Inilah perjalanan saya dan saudari seperjuangan saya Eliana ulfah dalam wawancara kami yang tertuju pada para pedagang di Pasar Tradisional Rau, Serang Banten. Dari ramainya pedagang, kami memilih 3 (tiga) responden untuk dijadikan narasumber quesioner yang tersedia.
Responden yang pertama adalah Ibu Siti yang telah berjualan sejak 2005 di toko M & M, bergerak di bidang perdagangan buah-buahan dan memiliki 2 (dua) orang karyawan. Semaksimal mungkin Ibu Siti menjual produk berkualitas meskipun harganya mahal, terpenting adalah pelanggan merasa puas dan tidak tertipu, terangnya saat itu. Batas kadaluarsa buah-buahan kira-kira sekitar 5 hari, sebagai pedagang yang menjual barang konsumsi, inilah yang menjadi kendala ibu siti. Seringkali beliau memakan barang dagangan yang hampir busuk atau telah terlihat sudah tidak segar untuk dikonsumsi oleh pembeli walaupun akhirnya akan menanggung kerugian atas problematika tersebut. Ibu siti sangat mensyukuri apapun yang terjadi di kehidupan bisnisnya. Disela sela transaksi yang mulai menguntungkan, beliau selalu mengeluarkan zakat sebesar 2,5% disetiap tahunnya dan lebih mengutamakan kepada keluarga terdekat. Jika ada pembeli yang komplain, beliau selalu menanggapi dan menjadikannya sebagai ilmu untuk memperbaiki segala kualitas maupun fasilitas yang ada. Keadaan yang dialami mereka, terkadang tidak saya alami. misalnya jeruk yang kurang manis, dan apel yang masih mentah dan belum matang. padahal saya sudah memastikan bahwa semua produk saya itu berkualitas. inilah hal yang alamiah terjadi dan diluar rencana para pedagang buah-buahan, jelas bu siti dengan nada sedunya. Tapi saya hanya menanggapi dan tidak menukar produk yang mereka komplainkan itu. Dalam konteks kehalalan, Insha Allah produk saya halal karena sebagian produk berasal dari kebun.Tidak ada permainan dalam harga, saya menyamakan dengan pedagang yang lain. Jika ada pedagang yang ingin mengambil brang saya dalam jumlah yang banyak, saya berkenan terpenting mereka memberikan DP atau uang pemula. Sholat menjadi alasan utama saya untuk berdagang. Disaat adzan berkumandang, saya dengan sigap memenuhi panggilan ibadah-Nya dan karyawan saya yang bergatian menjaga toko. Berita mengenai kesehatan pangan juga selalu saya update. Karena sebagai pedagang kita harus pintar dalam memilah kualitas dan kondisi produk yang akan dijual.
Responden yang kedua adalah Bapak Hj. Aep yang berjualan beras dengan pegawai sematawayangnya. Beliau merintis bisnisnya sejak 18 tahun yang lalu yakni pada tahun 1997. Kualitas barang yang dipilih adalah yang standard dan tersebar luas di pasaran. Beras juga mempunyai kadaluarsa ya kira-kira satu tahunlah, jelas bapak berkopiah tersebut.Tapi biasanya disini, dua bulan beras sudah terjual habis dan gudang sudah berganti dengan produk yang baru. Disaat barang penuh namun harga turun disitu saya merasa sedih. Sebagai pedagang yang taat kepada peraturan pemerintah, saya selalu menaati pereturan tersebut, salah satunya adalaah kebijakan harga pasar meskipun saya mengalami kerugian. Begitulah resiko orang berdagang. Saya menjalankan bisnis yang dimodali orang tua saya. Saya sukses dalam bisnis beras ini sampai akhirnya saya dapat melunasi modal yang diberikan orang tua. Pada tahun 2008 saya juga pernah meminjam uang di bank konvensional karena saya belum mengetahui Bank Syariah. Jika adzan berkumandang saya segera sholat tanpa menutup toko karena karyawan saya yang menjaganya. Untuk berzakat, alhamdulillah saya laksanakan setiap tahunnya juga ditambah dengan sodaqhoh.
Responden yang ketiga adalah Ibu Supiah yang mempunyai Toko Serba Ada Supiah. Beranggotakan 4 karyawan yang berdiri sejak tahun 2001. Barang yang diambil langsung dari distributor, sangat mmperhatikan kadalursa produk dan dipisahkan karena itu sangat berbahaya untuk pembeli. Alhamdulilah saya tidak menjuaal barang yang tidak berlebel halal seperti bir, kartu remi, dan domino meskipun banyak pembeli yang mencarinya, terang Ibu supiah. Dalam harga, jika pembeli membeli satuan yang dihitung adalah harga eceran tetapi jika dalan bobot yang besar maka saya beri kelonggaran harga. Toko saya sangat melayani retur yang diajukan ole para pembeli, tak perduli benar atau salah komplain mereka. Karena manusia adalah tempat luput dan dosa. Jika pelanggan yang sudah lama dan mempunyai karakter yang baik, akan saya berikan kemudahan dalam piutang. Banyak pedagang asongan yang mengambil barang saya namun tidak membayar, itulah yang menjadikan saya memilih pelanggan yang ingin piutang kepada saya.Saya pernah kemalingan dan hampir membuat saya gulung tikar dan menutup usaha saya. Namun Supplier meminta saya untuk berjualan kembali meskipun saya membayar tidak pada waktunya. Mereka begitu percaya kepada saya, itulah yang membuat saya selalu bersemangat dalam muamalah. Semua orang baik itu karena kita berbuat baik kepada mereka. Allah selalu memberi kemudahan bagi hamba-Nya yang selalu berusaha dan sabar. Setiap tahun saya mengelurkan zakat sebesar 2,5%. Hitungannya adalah aktiva dipotong hutang lalu dipotong 2,5% tersebut. itulah hasil zakat yang saya berikan kepada anak-anak yatim. Zakat adalah investasi di akhirat. Oleh karena itu saya mengutamakan zakat. Dan jika waktu sholat jum'at toko saya tidak tutup namun sebatas perempuan saya melayani. Untuk laki-laki tidak. Sebetulnya baik perempuan maupun laki-laki tidak harus dilayani jika dalam lingaran waktu sholat. Seperti di Arab Saudi dimana para pedagang serentak menutup toko mereka untuk menunaikan sholat.
Demikian rangkaian perbincangan kami dari Responden yang sangat luar biasa. Kurang dan lebihnya kami mohon maaf dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiiin Allahumma Amiin.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
keren :)
BalasHapusgood (y)
BalasHapus