Album Photo

Sabtu, 30 Mei 2015

Perjalanan Sang Jagoan

Perjalanan menuju Universitas Indonesia (UI)

Serang, 20 Mei 2015



06.30 WIB tepat aku berdiri di stasiun kota mengamati wajah-wajah yang khendak aku kenali. Tak jarangku tengok perhiasan tangan dengan hiasan angka-angka dan jarum panah yang selalu berputar diradarnya. Belum terlihat juga rupanya. Ku ambil siasat menukar uangku dengan delapan buah karcis. Aku duduk kembali. Teringat perkataan mustinah kerabat terdekatku “jika sudah sampai tujuan, jangan hanyut dalam penantian, tapi lakukan sesuatu yang bermanfaat.” Kusandarkan bahuku pada jajaran tempat duduk yang sengaja disediakan. Mereka datang, hela nafasku dengan tenang.
“Sudah beli karcis?” Sapa elin padaku.
“Sudah. Akh mail ikut juga kan?” balasku.
“Engga. Dia gada kabar. Kemungkinan sih gak ikut.” Terangnya.
“Yah. Karcisnya udah genap delapan.” Sautku dengan wajah memelas
“Gampang. Kita jadi calo dadakan.” Singkat elin dengan rawut senyum di bibirnya.
Kamipun berlari ke luar ruangan dan menghadang seorang pria yang kira-kira berusia 40 tahunan. Pria itu terkejut setelah kami sodorkan sebuah karcis. Namun dengan cerdasnya beliau mengerti maksud kami.

Mustinah, Suci, Ukh Handayani, Elin, ku tatap mereka satu per satu. Muiz, Marifah, Kemana mereka? Kereta lima menit lagi akan singgah. Tingkahku seperti setrika. Mungkin situasi seperti inilah yang pernah dialami oleh pejuang bangsa. Mereka pergi tatkala meriam mengepung mereka. Berbeda denganku. Ketakutan bukan karena meriam yang hampir meledak namun kereta yang tak berhasil mengangkutku dan teman-teman yang lain. Linu suara kereta terdengar mulai singgah. Namun kedua insan yang kami nanti tak kunjung tiba. Dari kejauhan mata memandang. Itu mereka. Dengan wajah yang tak tentu arah. Mereka berlari menggapai kami yang berjarak 10 meter.  Detik detik mengguncang jantung hingga perih. Kami berlari sesigap mungkin. Hingga akhirnya kami berhasil masuk tatkala kereta menancapkan gasnya untuk berlalu.

Stasiun duri menjadi target utama. Perjalanan akan kami tempuh sekitar dua jam. Tak begitu membosankan bila saling berbincang. Mengingat kejadian semula. Seperti sinema bioskop 5 cm. Dimana iyan dan genta menggapai tangan jafran dan arial.  Bahkan langkah awal menjadi perjuangan. Lalu bagaimana dengan langkah akhir? Pasti terdapat kejutan didalamnya. Hanya perlu setia menunggu dan mengikuti arus deras dengan teliti. Jangan sampai hanyut akan arus. Terkadang kita juga harus seperti  batu yang kokoh. Menunggu arus air yang datang tanpa perlu dikejar. Karena bagaimanapun batu tak akan pernah bisa mengejar air. Seperti halnya passion. Berbeda dengan ilmu. Terkadang kita harus meneladani nahkoda yang berada di depan perahu untuk menentukan arah. Kemana ia harus berlayar. Ia memastikan dengan penglihatannya sendiri bagaimana kenyataan manis dan pahitnya. Tak perlu orang berkomentar apa. Karna apa yang terlihat itulah yang akan dihadapi.

Stasiun duri berlalu. Kami turun menyusuri trotoar rel nan tinggi itu. Layaknya jama’ah haji yang dipandu oleh guide. Satu ikhwan memimpin enam akhwat. KRL stasiun UI. Selangkah lagi kami akan menginjakkan sepatu ini pada tujuan utama. Menghadiri Mentoring Ekonomi Syariah ((MES) dengan tema Berbisnis Syariah di era Global.  2 jam perjalanan duduk tenang menikmati panorama yang berlalu lalang.  Tak sedikit yang tertidur pulas. Tak ada asongan disini. Benar-benar angkutan yang syahdu. Perasaan begitu tenang hanyut akan keadaan. Lonjakan dengan gelombang gerak yang sama. Bagaikan bayi yang dikeloni sang ibu. Gerakan kecil penghantar mimpi. Durasi tak bertahan lama. Kami bersiap untuk hijrah ke stasiun UI.

12.00 WIB tibalah kami di Universitas Indonesia. Lega rasanya. Perut tengah memainkan jargonnya. Ia meminta asupan untuk mengganti energi yang terpakai. Kami memilih untuk mencari kedai atau sejenisnya. Lalu melanjutkan beribadah sholat dzuhur bersama. Rehat selama 10 menit untuk memanjakkan tubuh yang sebagian letih. Perlahan namun pasti. Jejak kaki mengantarkan kami menyusuri FEBI UI dengan menaiki bikun (bis kuning). Sempat keliru. Kami melampaui batas hingga ke Fakultas Tekhnik. Perpustakaan seminar A. Panitia menyambut kami dengan ramahnya. Seminarpun dimulai. Akh Andreas Sanjaya (CEO Badr  Interactive) sebagai pemateri pertama. Collaborate, we can’t, change the world, alone. Saat ini Yahudi menguasai pasar pangan. Disinilah beliau dan kawan-kawan mencetuskan aplikasi 1Grow dimana menemukan money, farming skill, dan land . 50% petani berada di garis kemiskinan. Kedelai kurang lebih 80% import dari luar negeri. GMO dikuasai 90% oleh yahudi. Sedangkan tikus yang diuji cobakan dengan GMO terkena kanker. Bagaimana dengan pangan negeri kami? Jika peradaban makanan baik, maka selanjutnya akan baik. Kemudian Urban Qurban, yaitu aplikasi  permainan merawat hewan qurban dengan tujuan meemperkenalkan ibadah qurban dengan konsep menyenangkan. Penggeraak ekonomi umat salah satunya wakaf yang selanjutnya beliau kemas dalam aplikasi wakaf.fun. Selain itu terdapat aplikasi OLEA (obat tradisional), Learn Qur’an (belajar Al-qur’an), dan Qur’an Prize (Hafalan Al-qur’an). Pesan akh Andreas dalam kesemapatan kali ini yaitu jagalah kebersihan maka hasilnyapun akan membawa berkah bagi kita semua.
Pemateri selanjutnya Ust. Erwandi Tarmizi (Doktor lulusan Universitas Islam Al Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Arab Saudi). Beliau menjelaskan bahwasannya pelopor Riba adalah Yahudi. Kemudian Quraisy. Mereka memakan Riba padahal mereka mengetahui haram riba. Jika kalian tidak berhenti Riba maka Allah akan memeranginya. Riba, Qhoror, Judi, Maisir, dan kedholiman adalah perbuatan yang diharamkan bagi kita. Kemudian dilanjutkan oleh sesi tanya jawab. Peserta berantusias untuk melontarkan pertanyaan. Begitupun denganku yang bertanya mengenai pasar uang. Waktu berjalan begitu cepat. Seminar berada di puncak acara. Tinggalah kami (KSEI KES Banten) dan panitia (KSEI UI) dalam perbincangan hangat. Akh Ibrahim menjelaskan alur untuk kembali menuju kota Serang, Banten.  Tak lupa, kami mendokumentasikan Ukhuwah ini dengan berphoto bersama.




            Perjuangan dimulai. Dari stasiun UI kami beranjak ke stasiun Tanah Abang. Kereta  datang sekitar 20 menit lagi. Canda tawa mengisi penantian kami. Sementara aku dan Elin saling bersuap-suapan seblak untuk mengisi perut selama lima jam kedepan. Kereta berhasil mengangkut kami hingga stasiun tanah abang. Jurusan Karakatau datang pukul jam 23.00 malam nanti. Sedangkan  panah jam menunjuk angka 18.50. Karna tak ingin menunggu lama, kami memutuskan bermuara di stasiun Tiga Raksa. Muiz dengan segera membeli Tiket KRL dengan tujuan yang telah kami sepakati. Sesampainya di stasiun Tiga raksa kami berlabuh ke kediaman elin di desa cengkudu balaraja dengan angkutan umum. Karna pada pukul 22.30 tidak ada angkutan yang beroperasi sampai kota Serang.  Esoknya kami hijrah ke kota Serang dengan bus yang berhenti di patung Pakupatan selanjutnya kami naik angkutan umum untuk melanjutkan perjalanan hingga sampai pada  tempat tinggal kami.

            Inilah perjalanan kami selaku KSEI KES Banten menuju Universitas Indonesia tertanggal 20 Mei 2015. Kami mengerti perjalanan ini penuh dengan penat. Namun kami percaya segalanya akan memberikan manfaat. Disetiap detik kami mensyukuri nikmat. Karena upaya ini akan menjadikan kami semakin taat. Ekonom Rabbani? Bisa! 


            

0 komentar:

Posting Komentar