Album Photo

Senin, 29 Juni 2015

Dongeng kadang kuya dan kadang monyet


Kadang Kuya dan Kadang Monyet adalah jalinan lentera persahabatan yang memiliki karakter berbeda. Kadang Kuya yang pintar dan lugu sedangkan Kadang Monyet memiliki sifat bodoh namun licik. Meskipun demikian mereka saling membutuhkan satu sama lain. Terkadang simbiosis Komensalisme terjalin diantara mereka. Untuk mempersingkat inilah cuplikan cerita Kadang Monyet dan Kadang Kuya :
 
Alkisah, di suatu hutan belantara hiduplah seekor kura-kura yang kian marak disebut si “Kadang Kuya” dan seekor monyet yang akrab dipanggil dengan sebutan “Kadang Monyet”. Suatu hari ketika mereka berjalan-jalan di hutan Kadang Kuya merasa lelah dengan aktivitas yang mereka kerjakan.
Kadang Kuya  : Kita tanam pohon pisang yuk! Daripada kita mengelilingi hutan yang tak tentu arah ini.
Kadang Monyet : Betul juga, Untuk apa kita mundar-mandir nggak jelas gini yah! Terus, kita mau nyari pohon pisang dimana Ya?
Kadang Kuya : Di depan sana, Nyet. Aku pernah melihat banyak pohon pisang disana.
(Akhirnya mereka pergi mengambil bibit untuk menanam pohon pisang tersebut)
           
Setelah sampai, mereka dengan sigap memilih pohon pisang satu per satu. Kadang Kuya memilih tunas yang berada di bawah pohon pisang. Sedangkan Kadang Monyet memilih pohon pisang yang sudah tumbuh besar.
Kadang Monyet : Ya! Lihat pohon yang akan aku tanam. Besar sekali bukan? Pohonnya saja besar begini bagaimana dengan buahnya pasti lebih besar. Beda dengan punyamu. Kecil. Huh.. pasti buah pisangnya juga kecil.
Kadang Kuya : Tidak kuya. Aku ingin menanam dengan proses yang alami. Dimulai dengan tunas lalu akhirnya akan berbuah.
Kadang Monyet : Baiklah, kita lihat saja nanti.

Pohon pisang mereka mengalami perubahan yang berbeda. Setiap hari tak luput keduanya disirami. Diberi pupuk dan dirawat dengan baik. Seperti sedang berkompetisi. Namun pohon pisang milik Kadang Monyet menjadi layu dan hampir tumbang sedangkan pohon Kadang Kuya semakin besar dan berbuah lebat.
Kadang Monyet : Bagaimana bisa pohon pisangku mati sedangkan milikmu kini berbuah lebat.
Kadang Kuya : Sudah ku jelaskan. Semua memiliki proses, tidak semudah itu kau menanam tanpa akar  yang kuat dan dimulai dari titik yang paling dasar. Sudahlah, aku ingin mengambil buah pisang hasil tanamanku.
Kadang Monyet : Biarkan aku saja yang mengambilnya Ya! Aku bisa memanjat sedangkan kau tidak. Tunggu saja dibawah.
(Kadang Monyetpun memanjat pohon pisang milik Kadang Kuya dengan cepat. Sesampainya diatas pohon, Ia memakan pisangnya lalu melempar kulitnya dibawah)
Kadang Kuya : Lha kenapa hanya kulitnya saja Nyet! Mana pisangnya? *berteriak dibawah pohon
Kadang Monyet : Ya, sebagian buahnya sudah dimakan kelelawar. Aku sedang memilih yang utuh dan membersihkan kulitnya.
Kadang Kuya : Bagaimana bisa? Baiklah cepat kau ambil buah yang utuh. Aku tunggu dibawah.

Hikmah : Jalanilah hidup dengan proses yang baik dan benar. Janganlah keluar dari jalur yang telah ditentukan. Jadilah insan yang jujur dan bermanfaat bagi orang lain karena sebaik baiknya manusia adalah yang berkontribusi bagi sesama. Hindarilah sifat tamak dan memanfaatkan sesama hanya untuk kepentingan diri kita sendiri. :)

2 komentar: