Karya Tulis Kisah
Inspiratif
“Habis Kesulitan
Terbitlah Kemudahan”
Seiring waktu berjalan. Menunjuk
setiap angka panah jam dindingku satu per satu. Inilah saat yang paling
dinantikan. Magang pada divisi yang telah (InshaAllah) aku pilih dengan hati
nurani. KES (Komunitas Ekonomi Syariah) adalah Organisasi pertama yang
aku ikuti selama menjadi mahasiswi pada IAIN Sultan Maulana Hasanuddin,
Banten.Di Organisasi inilah aku tumbuh berkembang menjadi cikal bakal Ekonom
Rabbani (InshaAllah akan terus
menyiarkan agama Allah). Dimulai dari SGD (Small Group Discussion), Kajian
rutin bersama Pak Farid, Seminar-seminar ekonomi islam, Group Diskusi di WA,
dan Sekolah Ekonom (pemateri berasal dari FoSSEI atau Alumni) menjadikan aku
semakin dewasa dalam menyimak dan menerapkan ekonomi syariah dalam menegakkan
islam. Kekeluargaan yang terajut dalam
mengingatkan sesama KSEI melalui dakwah yang dinuansai oleh ilmu
pengetahuan atau ilmiah akan menjadi jargon yang tetap berada dihati kami
(bersama teman-teman KSEI). Tak luput kepada Kuasa Ilahi Rabbi yang selalu
memudahkan segala urusanku dalam menjalankan segala amanah.
Magang pada divisi HUMED (humas dan
media) akan aku tekuni selama 3 bulan kedepan. Dengan Ketua bidang, ukhti Lulu
Fitriani, aku mulai bertanya-tanya mengenai visi dan misi di bidang tersebut.
Dengan sabarnya, beliau membimbingku yang sedang mematahkan rasa letih dan
bimbang. Program kerja yang ada. Agenda kegiatan yang harus dipublikasikan.
Inilah tugasku. Praktiklah yang harus aku pertanyakan. Sudahkah aku berhasil
menuaikan informasi pada setiap KSEI atau bahkan diluar KSEI sekalipun? Aku
diam. Teori dalam konteks disini bukan berarti tidak penting. Namun aku harus
bergerak. Tanpa berfikir aku harus memulainya dari mana. Mengapa. Dan
bagaimana.
Langkah kakiku mulai bergetar yang
akhirnya ku jatuhkan ke atas lantai dengan posisi bersila. Tanganku tengah
menari indah diatas laptop pribadiku. Lebih pantas bukan indah. Namun
tergesa-gesa. Aku mulai diam lagi. Apa bahasaku sudah sopan untuk mereka cerna?
Aku bukan tipekal insan yang indah dalam berbahasa. Kutepis pemikiran yang
mulai rancu. *Post* hela nafas panjangku setelah menekan tombol keramat itu. Dalam
benak ini, aku hanya menginginkan mereka yang membaca setiap postku, ikut turut
dalam segala kegiatan KES yang sudah terpublikasikan tanpa adanya alasan tak
sampainya wacana dan isu-isu mengenai hal tersebut. Ketua umum KES, Akh Rizal Umami.
Beliau sangat berperan penting dalam
hidupku. “Selama kau mampu, tuntaskan! Jangan menundanya hingga kau lupa.” Serunya
saat itu.
Hari
berganti. Masih secerah kemarin. Bunga bermekaran. Semekar hatiku yang mulai
terbiasa untuk bersyiar. Rapat dimulai. Dan aku selalu datang lebih awal. Entah
mengapa, aku ingin menerapkan kedisiplinan dalam detik-detik hidupku. Teras masjid,
tempat terindah untuk menukar pendapat. Topik kali ini seputar Seminar
Perbankan dan Pasar Syariah dalam rangka Kampanye Nasional FoSSEI 2015 yang
akan kami laksanakan 5 hari kedepan bersama HMJ Perbankan Syariah IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten. Aku sebagai pemula dalam organisasi hanya mampu mendengar
persiapan-persiapan yang tengah diperbincangakan. Terkadang celoteh kecil aku
sampaikan untuk memecahkan persoalan. Namun tak banyak yang menanggapi. Mungkin
saranku terlihat tak menarik dan kurang efektif juga. Aku harus diam dalam
situasi ini. Biarlah yang ahli bertindak dengan pengalaman mereka yang luar
biasa. Karna ada waktu dan tempat dimana kita harus berbicara dan mendengarkan.
Ini bukan soal ego tak ego. Namun profesionalkah atau malah akan merusak
suasana.
Sesuai
dengan tugasku. Bermodal pamflet dan informasi yang tersedia. Aku mulai bergerak
dengan jari jari manisku. Ya robb, H-2 namun Aula yang menjadi target tempat
seminar kami, bentrok dengan Fakultas lain. Ketua Pelaksana dan Ketua HMJ Perbankanpun
mulai sibuk untuk mengatasi permasalahan ini. Sementara Akh Rizal, sangat
santai dalam menghadapi situasi seperti ini. Dengan sikap kepemimpinannya,
beliau mampu menenangkan kami,
anggotanya yang mulai panik. Beliau berkata : “Hal seperti ini sudah biasa
terjadi. Jika kita menghadapi dengan hati yang gelisah maka masalah akan
semakin rumit. Pada saat inilah sang jagoan akan diuji.” Aku terdiam sejenak. Hari - hariku disibukkan
untuk berfikir. Tapi inilah karakteristik seorang Ekonom Rabbani. Tenang dalam
menghadapi masalah. Berfikir sebelum bertindak. Dan selalu menyerahkan segala
usahanya hanya kepada Allah SWT semata.
Berpindah
tanggal. Keputusan yang sangat tepat. Pamflet direvisi. Peserta seminar mulai
diinfokan kembali mengenai kebenaran pelaksanaan acara seminar. Penanggung
jawab bereaksi dengan tugasnya. Seksi acara begitu gigih untuk menyusun agenda.
Kerjasama yang baik. Sungging senyuman mulai terlihat. Rasa canggung dalam
amarah mulai mereda. Kini tibalah waktu untuk menunjukkan kinerja. Fokus pada
amanah yang diberikan namun tetap pada radar interaksi yang sama. Panitia
dengan pakaian putih berkerudung merah. Itulah kami sang pejuang ekonomi
syariah. Nan begitu kiat membangun pondasi syiar meskipun rintangan datang
menghampiri. Tak perduli tubuh letih dan keringat melintasi kulit kami.
Sebagaimana firman Allah QS 2 : 147, “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu sebab
itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”. Jika kita
mempunyai tujuan yang hendak dicapai cobalah untuk fokus kedepan. Jangan
hiraukan segala tantangan namun hadapilah dengan penuh keyakinan. Segala usaha
kita akan terbayar tatkala sang Maha Kholik berkata “Kun Faya Kun”. Untuk
teman-teman yang hebat tetaplah berjuang dalam lingkaran syariat yang benar.
Letih pasti kita alami sebagai manusiawi namun disinilah sang jagoan akan
diuji. Apakah ia mampu menghadapi ataukah akan larut dengan rasa letih yang
tiada berganti.
Berita
baik datang menyapa. Seminar Perbankan Syariah tertanggal 14 mei kemarin dimuat
di surat kabar kota kami. Tepatnya di redaksi Radar Banten. Sebuah jerih payah
yang dibalas dengan sesuatu yang berharga. Kami berpelukan. Panitia akhwat
begitu senang melihatnya, begitupun aku. Ya Allah mengapa secepat ini kau beri
aku cobaan lalu tak lama kemudian kau berikan kenikmatan. Fainna ma’al usri
yusro. Setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Nikmat mana lagi yang akan kamu
dustakan? Aku beranjak. Kupegang dadaku, lalu aku berdiri dan berkaca pada
langit, jagad raya. “Aku mengerti tugasku hanyalah sebagian kecil daripada
pengorbanan Para Nabi-Mu dan pemimpin terdahulu, namun jadikanlah aku orang
yang terus beristiqomah di jalan-Mu, Ingatkanlah aku jika dalam luputku imanku
mulai terkikis oleh kenikmatan dunia.” Aamiiin allahumma amiin.
0 komentar:
Posting Komentar