Album Photo

Jumat, 29 Mei 2015

Karya Tulis Kisah Inspiratif

Karya Tulis Kisah Inspiratif
“Habis Kesulitan Terbitlah Kemudahan”


Seiring waktu berjalan. Menunjuk setiap angka panah jam dindingku satu per satu. Inilah saat yang paling dinantikan. Magang pada divisi yang telah (InshaAllah) aku pilih dengan hati nurani. KES (Komunitas Ekonomi Syariah) adalah Organisasi pertama yang aku ikuti selama menjadi mahasiswi pada IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten.Di Organisasi inilah aku tumbuh berkembang menjadi cikal bakal Ekonom Rabbani (InshaAllah akan  terus menyiarkan agama Allah). Dimulai dari SGD (Small Group Discussion), Kajian rutin bersama Pak Farid, Seminar-seminar ekonomi islam, Group Diskusi di WA, dan Sekolah Ekonom (pemateri berasal dari FoSSEI atau Alumni) menjadikan aku semakin dewasa dalam menyimak dan menerapkan ekonomi syariah dalam menegakkan islam. Kekeluargaan yang terajut dalam  mengingatkan sesama KSEI melalui dakwah yang dinuansai oleh ilmu pengetahuan atau ilmiah akan menjadi jargon yang tetap berada dihati kami (bersama teman-teman KSEI). Tak luput kepada Kuasa Ilahi Rabbi yang selalu memudahkan segala urusanku dalam menjalankan segala amanah.
            Magang pada divisi HUMED (humas dan media) akan aku tekuni selama 3 bulan kedepan. Dengan Ketua bidang, ukhti Lulu Fitriani, aku mulai bertanya-tanya mengenai visi dan misi di bidang tersebut. Dengan sabarnya, beliau membimbingku yang sedang mematahkan rasa letih dan bimbang. Program kerja yang ada. Agenda kegiatan yang harus dipublikasikan. Inilah tugasku. Praktiklah yang harus aku pertanyakan. Sudahkah aku berhasil menuaikan informasi pada setiap KSEI atau bahkan diluar KSEI sekalipun? Aku diam. Teori dalam konteks disini bukan berarti tidak penting. Namun aku harus bergerak. Tanpa berfikir aku harus memulainya dari mana. Mengapa. Dan bagaimana.
            Langkah kakiku mulai bergetar yang akhirnya ku jatuhkan ke atas lantai dengan posisi bersila. Tanganku tengah menari indah diatas laptop pribadiku. Lebih pantas bukan indah. Namun tergesa-gesa. Aku mulai diam lagi. Apa bahasaku sudah sopan untuk mereka cerna? Aku bukan tipekal insan yang indah dalam berbahasa. Kutepis pemikiran yang mulai rancu. *Post* hela nafas panjangku setelah menekan tombol keramat itu. Dalam benak ini, aku hanya menginginkan mereka yang membaca setiap postku, ikut turut dalam segala kegiatan KES yang sudah terpublikasikan tanpa adanya alasan tak sampainya wacana dan isu-isu mengenai hal tersebut. Ketua umum KES, Akh Rizal Umami. Beliau  sangat berperan penting dalam hidupku. “Selama kau mampu, tuntaskan! Jangan menundanya hingga kau lupa.” Serunya saat itu.
Hari berganti. Masih secerah kemarin. Bunga bermekaran. Semekar hatiku yang mulai terbiasa untuk bersyiar. Rapat dimulai. Dan aku selalu datang lebih awal. Entah mengapa, aku ingin menerapkan kedisiplinan dalam detik-detik hidupku. Teras masjid, tempat terindah untuk menukar pendapat. Topik kali ini seputar Seminar Perbankan dan Pasar Syariah dalam rangka Kampanye Nasional FoSSEI 2015 yang akan kami laksanakan 5 hari kedepan bersama HMJ Perbankan Syariah IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Aku sebagai pemula dalam organisasi hanya mampu mendengar persiapan-persiapan yang tengah diperbincangakan. Terkadang celoteh kecil aku sampaikan untuk memecahkan persoalan. Namun tak banyak yang menanggapi. Mungkin saranku terlihat tak menarik dan kurang efektif juga. Aku harus diam dalam situasi ini. Biarlah yang ahli bertindak dengan pengalaman mereka yang luar biasa. Karna ada waktu dan tempat dimana kita harus berbicara dan mendengarkan. Ini bukan soal ego tak ego. Namun profesionalkah atau malah akan merusak suasana.
Sesuai dengan tugasku. Bermodal pamflet dan informasi yang tersedia. Aku mulai bergerak dengan jari jari manisku. Ya robb, H-2 namun Aula yang menjadi target tempat seminar kami, bentrok dengan Fakultas lain. Ketua Pelaksana dan Ketua HMJ Perbankanpun mulai sibuk untuk mengatasi permasalahan ini. Sementara Akh Rizal, sangat santai dalam menghadapi situasi seperti ini. Dengan sikap kepemimpinannya, beliau mampu  menenangkan kami, anggotanya yang mulai panik. Beliau berkata : “Hal seperti ini sudah biasa terjadi. Jika kita menghadapi dengan hati yang gelisah maka masalah akan semakin rumit. Pada saat inilah sang jagoan akan diuji.”  Aku terdiam sejenak. Hari - hariku disibukkan untuk berfikir. Tapi inilah karakteristik seorang Ekonom Rabbani. Tenang dalam menghadapi masalah. Berfikir sebelum bertindak. Dan selalu menyerahkan segala usahanya hanya kepada Allah SWT semata.
Berpindah tanggal. Keputusan yang sangat tepat. Pamflet direvisi. Peserta seminar mulai diinfokan kembali mengenai kebenaran pelaksanaan acara seminar. Penanggung jawab bereaksi dengan tugasnya. Seksi acara begitu gigih untuk menyusun agenda. Kerjasama yang baik. Sungging senyuman mulai terlihat. Rasa canggung dalam amarah mulai mereda. Kini tibalah waktu untuk menunjukkan kinerja. Fokus pada amanah yang diberikan namun tetap pada radar interaksi yang sama. Panitia dengan pakaian putih berkerudung merah. Itulah kami sang pejuang ekonomi syariah. Nan begitu kiat membangun pondasi syiar meskipun rintangan datang menghampiri. Tak perduli tubuh letih dan keringat melintasi kulit kami. Sebagaimana firman Allah QS 2 : 147, “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”. Jika kita mempunyai tujuan yang hendak dicapai cobalah untuk fokus kedepan. Jangan hiraukan segala tantangan namun hadapilah dengan penuh keyakinan. Segala usaha kita akan terbayar tatkala sang Maha Kholik berkata “Kun Faya Kun”. Untuk teman-teman yang hebat tetaplah berjuang dalam lingkaran syariat yang benar. Letih pasti kita alami sebagai manusiawi namun disinilah sang jagoan akan diuji. Apakah ia mampu menghadapi ataukah akan larut dengan rasa letih yang tiada berganti.
Berita baik datang menyapa. Seminar Perbankan Syariah tertanggal 14 mei kemarin dimuat di surat kabar kota kami. Tepatnya di redaksi Radar Banten. Sebuah jerih payah yang dibalas dengan sesuatu yang berharga. Kami berpelukan. Panitia akhwat begitu senang melihatnya, begitupun aku. Ya Allah mengapa secepat ini kau beri aku cobaan lalu tak lama kemudian kau berikan kenikmatan. Fainna ma’al usri yusro. Setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Nikmat mana lagi yang akan kamu dustakan? Aku beranjak. Kupegang dadaku, lalu aku berdiri dan berkaca pada langit, jagad raya. “Aku mengerti tugasku hanyalah sebagian kecil daripada pengorbanan Para Nabi-Mu dan pemimpin terdahulu, namun jadikanlah aku orang yang terus beristiqomah di jalan-Mu, Ingatkanlah aku jika dalam luputku imanku mulai terkikis oleh kenikmatan dunia.” Aamiiin allahumma amiin.
           



0 komentar:

Posting Komentar